Thanks for you VISIT :)

"sebaik-baik manusia adalah yang berguna untuk orang lain"

SEPATU :)

SEPATU :)

Kamis, 28 Agustus 2014

Kalian lebih cantik dari bidadari surga!
            Bukan dari paras aku melihatmu. Bukan juga dari pakaian ataupun harta benda yang kau miliki. Aku meliahtmu bukan dari segi warna kulit, bentuk wajah, maupun indahnya matamu. Bukan, sekali lagi bukan itu. Pertama kali melihat kalian, hanya satu hal yang aku ingat. Senyuman. Ya, senyum tulus itu telah mengikat hati-hati itu, mengikatkan hati-hati itu menjadi sebuah rajutan yang indah bernama ukhuwah. Padahal berkenalan pun belum. Tetapi perasaan itu tiba-tiba saja hadir dalam hatiku. Perasaan yang membuatku percaya bahwa inilah yang dinamakan sebuah ukhuwah islamiah. Yang lahir dari rahim iman.
            Akhirnya kitapun saling berkenalan. Satu sama lain. “siapa namamu?” “dari mana asalmu?” “kuliah di universitas mana? Jurusan apa dan angkatan berapa?” “apa yang disukai dan yang tidak disukai?” “anak ke berapa dari berapa bersaudara?”, dan berbagai macam pertanyaan yang muncul saat dimulai sesi perkenalan saat itu. Ah, indahnya ukhuwah. Padahal baru saja kita bertemu, tapi rasa kekeluargaan itu langsung masuk ke relung-relung hati. Inilah tahap pertama dari tingkatan ukhuwah. Ya, inilah yang dinamakan ta’aruf, atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan perkenalan.
            Hari demi hari terlewati. Dan proses ukhuwah itupun masih berlanjut. Dari ta’aruf menuju tafahum. Kesyukuran tiada henti terucap dalam diam seiring dengan canda dan tawa renyah kalian ammah. Mungkin tak pernah terpikir sebelumnya. Akan bertemu dengan kalian dan dibersamai oleh para amah pemandu ditengah perjalanan panjangku dalam mencari keridhoan-Nya. Disetiap doaku dulu, sering terselip doa “Rabbanaa aatina fiddunyaa hasanah, wa filaakhirati hasanah, wa qina ‘adzabannaar”. Siapa sangka, kalian salah satu jawaban dari doa-doa penuh-harap itu.
            Sebaik dan sematang apapun manusia merancang setiap fase kehidupannya, sungguh renca Allah adalah yang paling indah. Jika kita dapat mengambil hikmah di setiap potongan kejadian yang kita alami. Siapa sangka, aku bisa bergabung dengan keluarga disini. Keluarga yang selalu –bergotong royong- membangun tangga-tangga yang tak terlihat oleh mata untuk menuju jannah-Nya. Meskipun aku menyadari masih sering ‘terlena´ dengan dunia sendiriku.  Tapi setidaknya, kalianlah yang membuat ‘dunia sendiriku’ itu menjadi berbeda. Berubah menjadi lebih bermakna.
            Tazkiyatun nafs. Ya, tazkiyatun nafs adalah salah satu materi yang mungkin sudah sering kita dapati di majelis ilmu-majelis ilmu, begitupun disini. Tazkiyatun nafs, materi yang kuyakin semua bisa mengerti tentang pengertian dan segala penjelasan tentang tazkiyatun nafs. Namun prakteknya justru harus dilakukan dengan kesungguhan dan kelikhlasan. Bukan hanya itu, dalam prosesnya pun kita harus belajar dengan kata ‘istiqomah’ dan ‘sabar’. Ini adalah salah satu materi yang membuat hatiku baertanya-tanya. Sudah seberapa kotor kah hati ini?
            Sering sekali, aku merasa “lelah” dengan segala aktivitas dan amanah-amanah atau tanggung jawab-tanggung jawab yang ada. Ah, capek! Atau akhirnya aku lebih sering acuh-tak acuh dengan lingkungan sekitar. Tapi, Allah memang sudah menyiapkan semuanya dengan rapih dan terencana. Kalian datang tanpa ku minta. Entah dengan sapaan, teguran, atau  pun candaan yang membuat aku berpikir ulang tentang semua hal. Semua ini ada hikmahnya nad! Yapks. Semua ini akan terlewati dan jika kita mampu berpikir, setiap kejadian yang kita alami akan ada hikmah yang terkandung di dalamnya.
            “saat kau terpuruk dan terjatuh, genggam bahuku dan kita bagi bebanmu itu. Karena Tuhan tau kita mampu” yah, tibalah saat itu. Hari dimana kita diberikan tugas untuk me-list seluruh kegiatan rutin kita selama seminggu beserta waktu (dalam jam) yang dibutuhkan. Belum pernah aku melakukan hal ini sebelumnya. Jujur saja, setiap kegiatan yang aku lakukan hanya berdasarkan list deadline tanpa me-list waktu-waktunya. Bahkan hal kecil seperti makan dan nyapu kamarpun waktunya harus dialokasikan. Benar-benar. Dan hasilnya? *tarik nafas dalam-dalam* syair Hasan Al-Banna langsung terlintas dalam benak “sesungguhnya kewajiban kita lebih banyak dari waktu yang kita miliki”
            Mungkin inilah jawaban dari ketidak-seriusanku selama ini. Dan inilah jawaban dari setiap puing-puing doaku yang aku  tidak yakin akan mendapatkan semua ini tanpa seizin Allah. Allah, siapa lagi yang bisa memberikan semua ini selain Engaku? Berkali-kali Kau menegurku dengan teguran yang halus karena kekhilafanku yang tak kunjung usai. Namun, nikmat-Mu tak pernah berhenti menyapa hari-hariku. Ah, tak sanggup kusebutkan satu persatu nikmat itu.
            Ramdahan. Sedih sekali rasanya meninggalkan bulan penuh berkah itu dengan ibadah yang tak sempurna dan maksimal. Dan kalian yang mengajarkanku tentang arti sebuah pengorbanan. Pengorbanan untuk meraih kemenangan, yang tak semua orang menyadarinya. Pengorbanan yang mungkin akan memotong waktu-waktu istirahatmu-bahkan waktu tidurmu. Ya, aku belajar dari kalian. Mabit di ulil albab, muroja’ah hafalan, masak bareng, dan hal-hal lain yang tak kusangka aku bisa melewatinya bersama kalian.
            Kalian lebih cantik dari bidadari surga! Bukan dari paras atau pun keindahan fisik yang terlihat. Namun, akhlak dan perilaku kalianlah yang membuat para bidadari surga itu iri dan cemburu dengan kalian. Bagaimana tidak? Mereka-para bidadari surga- sudah dijamin oleh Allah untuk berada di surga dengan segala kenikmatannya. Tetapi kalian di sini harus bersusah payah untuk menjadi seorang wanita yang “sholihah”, selalu berusaha untuk menjadi manusia yang bermanfaat untuk orang lain, meninggalkan hal-hal makruh dan mubah yang tak bermanfaat, bahkan meninggalkan waktu tidur untuk bangun malam. Dan hal itu merupakan hal yang tidak mudah.
            Kalian lebih cantik dari bidadari surga! Bukan dari suara yang merdu atau busana yang indah. Tapi dari sikap kalian kepada sesama dan inisiatif kalian untuk selalu menjadi manusia yang lebih baik dari hari sebelumnya. Tibalah hari itu. Hari pembagian kelompok dan pemandu halaqoh tahfidz. Dengan alunan nasyid dan mata tertutup kita dikumpulkan perkelompok halaqoh. Ditengah perjalanan pembagian kelompok tiba-tiba saja mata ini basah. Ah, melankolis sekali aku ini. Dan kitapun berpegangan tangan lalu penutup matapun dibuka. MasyaaAllah. Siapa lagi kalau bukan Allah yang merancang seluruh skenario indah ini? Kita dikelompokkan dengan masing-masing pemandu dan teman-teman yang special. Mungkin inilah jalan Allah untuk menyelamatkan hafalanku yang masih morat-marit, dan inilah cara Allah untuk membuatku lebih bersyukur.
            Selesai pembagian kelompok halaqoh, salah satu pemandu inisiatif untuk merekam moment  special kali ini. Saat itulah aku menyadari. Bahwa Kalian lebih cantik dari bidadari surga! Bukan dari paras dan penampilan luar kalian yang indah. Melainkan dari “pancaran” keikhlasan yang terlihat dari kebersamaan dan ketulusan kalian mensyukuri setiap potongan puzzle hidup yang Allah berikan.
            Banyak. Banyak sekali kekuranganku yang masih harus aku perbaiki untuk menjadi seorang agen muslim yang baik. Dan aku berharap. Sangat berharap. Bisa menjadi agen muslim yang baik dengan bantuan dan dukungan dari kalian. Dari kalian yang memberikanku banyak pelajaran. Pelajaran untuk selalu berusaha menjadi manusia yang lebih baik dan lebih baik lagi dari hari sebelumnya. Bersama kalian yang akan terus berproses menjadi wanita muslim yang taat pada Allah dan RasulNya. dan sekali lagi. Kalian lebih cantik dari bidadari surga! Bukan dari kecantikan wajah atau pun keindahan yang terlihat. Tetapi dari senyum ketulusan yang ikhlas membantu saudaranya, bekerja sama membangun tangga-tangga untuk menuju jannahNya.-NN-

            

Biogenesis :)

Biogenesis :)

Pengunjung